Wednesday 5 February 2014

Kisah Seorang Gadis Yang Menyaksikan Kehidupan Akhirat


Kisah luar biasa dan membuat orang Islam merinding!! Aslina, seorang gadis Bengkalis dua jam mati suri, diperlihatkan berbagai kejadian di akhirat.  Semoga kita mengambil pelajaran untuk meningkatkan keimanan!
Adi Sutrisno,
Wartawan Riau Mandiri

Sempat dinyatakan meninggal dunia, Aslina alias Iin (23) ternyata mengalami mati suri selama dua jam dan koma dua hari dua malam. Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bengkalis Riau itu mengaku selama mati suri, ia diperlihatkan berbagai kejadian alam barzah dan akhirat, serta beberapa kejadian yang menyangkut amal dan perbuatan manusia selama di dunia. Di hadapan sekitar 50-an orang, terdiri dari pegawai honor tenaga kesehatan Bengkalis, warga masyarakat serta sejumlah wartawan, Aslina, Rabu (3/9)kemarin, di aula studio TV Sri Junjungan Televisi (SJTV) Bengkalis, mengisahkan kejadian ghaib yang dialaminya itu.
Menurut penuturan Iin yang didampingi pamannya, Rustam Effendi, sejak tiga tahun lalu ia menderita penyakit kelenjar gondok alias hiper teroid. Karena penyakitnya itu, Pada 25 Agustus silam, gadis ini ditemani Rustam Effendi berobat ke rumah sakit Mahkota Medical Center (MMC) Malaka. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, dokter mengatakan operasi baru bisa dilakukan setelah tiga bulan, karena waktu itu tekanan darah tinggi. Namun pada Sabtu (26/8) tengah lama, kondisi anak sulung tiga bersaudara ini kritis, koma. Sang paman sempat memandunya membaca dua kalimat syahadat dan kalimat toyibah (Lailahailallah) sebanyak dua kali. Waktu ajal menjemput, tutur sang paman, Aslina sempat melafazkan kalimat toyibah dan syahadat. Secara perlahan-lahan gadis yang bekerja sebagai honorer di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bengkalis ini tak bernafas.
Tepat pukul 02.00 waktu Malaysia, indikator monitor denyut jantung terlihat kosong atau berupa garis lurus. Tak pelak situasi ini membuat Rustam sedih, kemudian beberapa dokter MMC Malaka terlihat sibuk memeriksa dan mengecek kondisi Aslina. Waktu itu dia sempat menghubungi keluarganya di Bengkalis untuk memberitahu kondisi terakhir Aslina. Untungnya setelah dua jam ditangani dokter, monitor terlihat kembali bergerak yang menandakan denyut jantung gadis yatim ini berdenyut lagi. Untuk perawatan lebih lanjut, Aslina dimasukan ke ruang ICU dan baru dua hari dua malam kemudian ia dinyatakan melewati masa kritisnya.
Bertemu Sang Ayah
Menurut pengakuan Aslina, dia melihat ketika nyawanya dicabut oleh malaikat. Waktu itu, nyawanya dicabut dari kaki kanan oleh malaikat. “Rasanya sangat sakit, kulit seperti disayat, dibakar dengan minyak,” tuturnya. Setelah roh berpisah dengan jasad, dia menyaksikan orang-orang yang masih hidup dan jasadnya terbaring di tempat tidur. Kemudian dibawa dua malaikat menuju ke suatu tempat. Aslina mempunyai keinginan untuk bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, bernama Hasan Basri. “Wahai ayahku bisakah aku bertemu denganmu. Aku sangat rindu, oh ayah,” ucapnya. Memang di tempat itu Aslina bertemu dengan sosok pria muda berusia 17 tahun dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Melihat sosok pria muda tersebut, Aslina tetap ngotot ingin bertemu dengan sang ayah.
Kemudian, kedua malaikat memperkenalkan bahwa pria muda tersebut adalah ayahnya. Tentunya dia tidak menyangka karena waktu meninggal dunia, ayahnya berusia 55 tahun. Kemudian sang ayah bertanya kepada Aslina, maksud kedatangannya. Dia menjawab kedatangannya semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT. Sang ayah menyuruh Aslina tetap pulang untuk menjaga adik-adiknya di dunia. Namun Aslina menjawab bahwa dirinya ke sini, memenuhi panggilan Allah. Waktu itu juga, dia menyebut rukun Islam satu persatu. Setelah berdialog dengan ayahnya, dua malaikat tadi membawa Aslina ke suatu tempat yang dipenuhi wanita memakai baju rapi dan berjilbab. Di situ, dia disalami dan dicium pipi kanan-kiri oleh wanita-wanita Muslimah tersebut. Tidak hanya itu, Aslina juga bertemu dengan 1.000 malaikat dengan wajah berseri dan seluruhnya sama.
Di tempat itu, Aslina duduk di kursi yang sangat empuk. Bila di dunia empuk kursi tersebut seakan dilapisi delapan busa. Ketika duduk, tiba-tiba sosok wanita berseri mirip dengan dirinya menghampiri. Dia bertanya kepada sosok wanita tersebut. “Saya adalah roh dan amal ibadah mu selama di dunia,” kata wanita tersebut. Kemudian Aslina ditemani amalnya (sosok wanita, red) dan dua malaikat menyaksikan beberapa kejadian di akhirat. Diantaranya, ada seorang pria berpakaian compang-camping, badannya bernanah dan bau busuk. Tangan dan kaki dirantai sementara di atasnya memikul besi seberat 500 ton. Melihat kejadian itu, Aslina bertanya kepada amalnya. Rupanya pria tersebut semasa hidupnya suka membunuh dan menyantet (teluh) orang.
Kejadian selanjutnya yang ia lihat, seorang yang disebat dengan rotan panjang sehingga kulit dan dagingnya mengelupas dari badan. Ternyata orang tersebut selama hidup tak pernah sholat bahkan menjelang ajal menjemput pun tak pernah menyebut syahadat. Aslina juga melihat, dua pria saling membunuh dengan kapak. Menurut keterangan amalnya, rupanya orang tersebut suka menodong dan memeras orang lain. Kemudian gambaran, seorang ustad yang dihantam dengan lahar panas yang mendidih. Kembali Aslina bertanya. Ustad tersebut selama hidup suka berzina dengan istri orang lain. Kejadian berikutnya, seorang ditusuk dengan pisau sebanyak 80 kali. Ini menunjukan orang tersebut suka membunuh dan tidak pernah dipertanggungjawabkan selama di dunia.
Kejadian terakhir, seorang ibu tua dihempaskan berkali-kali ke lantai. Di lantai tersebut terdapat pisau tegak dan dia tersungkur lalu mengenai tubuhnya, hingga mati. Gambaran tersebut menunjukan, selama hidupnya wanita tersebut merupakan anak durhaka, yang tidak mengakui ibunya yang pikun. Bahkan dia malu kepada orang lain.
Kisah tentang mati suri dan berbagai pengalaman ghaib yang dialami Aslina alias Iin (23), membuat heboh masyarakat Bengkalis, khususnya warga desa Pematang Duku, kecamatan Bengkalis, yang antara percaya dan tidak dengan cerita dalam mati suri itu. Berikut lanjutan kisah ‘perjalanan ghaib’ yang dituturkan Aslina Rabu silam di aula studio SJTV Bengkalis.
Menurut Aslina, setelah dirinya diperlihatkan dengan kejadian dan gambaran manusia, ia kemudian dibawa melewati malam yang sangat gelap gulita. Saking gelapnya, dia tidak bisa melihat amalnya dan dua malaikat yang mendampingi. Ketika kakinya berjalan tiga langkah, terdengar suara orang berzikir. Kemudian sang amal menyuruhnya untuk cepat menangkap suara tersebut. Tapi Aslina tidak bisa menangkap. Tiba-tiba waktu itu, lehernya dikalungi seutas rantai. Setelah dipegang ternyata rantai tersebut berupa tasbih sebanyak 99 butir.
Terdengar suara yang memerintahkan Aslina untuk berzikir selama dalam perjalanan. Dia berjalan lagi sepanjang tujuh langkah, namun waktunya sama dengan 10 jam waktu di dunia. Ketika sampai pada langkah ke tujuh, dia melihat wadah menyerupai tapak sirih berisi cahaya yang terpancar melalui lobang-lobangnya. Berkat cahaya tapak sirih tersebut, dia bisa melihat dan membaca tulisan Arab, berbunyi ‘Husnul Khotimah’. Di belakang tulisan itu terlihat gambar Ka’bah. Ketika melihat tulisan dan gambar Ka’bah seketika, dia dan amalnya tersenyum seraya mengucapkan Alhamdulillah. Aslina mendekati cahaya itu dan mengambilnya, kemudian disapukan ke mukanya. Ketika malam yang gelap gulita itu menjadi terang benderang.
Nabi Muhammad SAW
Setelah berjalan sekian jauh, dia mendengarkan suara azan yang suaranya tidak seperti di Indonesia, namun bernada Mekkah. Kepada amalnya, dia meminta waktu untuk menunaikan sholat. Setelah mengerjakan sholat, roh Aslina hijrah ke tempat lain dengan perjalanan 40 hari.
Tempat yang dituju kali ini adalah Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid itu dia menyaksikan makam Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Di makam Nabi ada pintu bercahaya, terlihat sosok Nabi Muhammad SAW sedang memberi makan fakir miskin. Tidak hanya itu di Masjid Nabawi, dia kembali diperlihatkan kejadian menakjubkan. Tiba-tiba cahaya ‘Husnul Hotimah’ yang ada di tangannya lepas, kemudian mengeluarkan api yang menerangi seluruh ruangan sehingga makam Nabi terlihat jelas. Waktu itu dari balik makam Nabi, dia melihat sosok manusia, berwajah ganteng menyerupai malaikat, kulit langsat, mata sayu, pandangan luas terbentang dan tajam. “Raut muka seperti orang Asia (oval, red) namun tidak kelihatan kepalanya. Tapi saya yakin sosok manusia tersebut adalah Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Melihat peristiwa itu, lantas Aslina bertanya kepada malaikat dan amalnya. “Kenapa cahaya tersebut menerangi Nabi Muhammad SAW, sehingga saya bisa melihat. Dan kenapa wajah Nabi bercahaya?” Dijawab bahwa Anda adalah orang yang mendapat syafaat dan hidayah dari Allah. Mengenai wajah nabi yang bercahaya, karena selama mengembangkan agama Islam selalu mendapat tantangan. Perjalanan tidak di situ saja, Aslina dan pengawalnya berbalik arah untuk pulang. Rupanya ketika dalam perjalanan pulang dia kembali menyaksikan, jutaan umat manusia sedang disiksa dan menderita di sebuah lapangan. Orang-orang tersebut meronta dan berdoa minta agar kiamat dipercepat. Karena sudah tak tahan lagi dengan siksaan. Mereka mengaku menyesal dan minta dihidupkan kembali agar bisa bertaubat. “Jarak Aslina dengan mereka hanya lima meter, namun tak bisa memberikan pertolongan,” ujarnya. Selama melihat kejadian itu, Aslina membaca Al Quran 30 juz, Hafis (hafal) dan khatam tiga kali. Kemudian membaca surat Yasin sebanyak 1000 kali dan shalawat kepada seluruh nabi (Adam sampai Muhammad). Aslina berlari sepanjang Arab Saudi atau sepanjang Sabang sampai Marauke seraya menangis melihat kejadian tersebut. Aslina juga ingin diperlihatkan apa yang terjadi pada dirinya dikemudian hari. Namun sebelumnya dia diminta oleh malaikat untuk berzikir. Lamanya zikir yang dilakukan Aslina selama dua abad dan dua pertukaran zaman. Hal ini ditandai dengan 1 Syawal yang jatuh pada tanggal 31 Desember. Selesai berzikir, Aslina mendengar suara yang seperti ditujukan kepadanya. “Sadarlah wahai umat-Ku, kau sudah Ku matikan. Sampaikan kepada umat-Ku, apa yang Ku perlihatkan. Sampaikan kepada umat-Ku, umat-Ku, Umat-ku.”

Kejadian Aneh

Usai pengambilan gambar dan wawancara, terdapat kejadian aneh di gedung SJTV Bengkalis. Saat itu, Aslina sudah keluar dari ruangan menuju gedung Radio Pemda yang berjarak 25 meter. Ketika krew SJTV hendak mematikan monitor, ternyata tak bisa dimatikan. Namun anehnya muncul sosok bayangan putih bertubuh tegap dengan rambut terurai hingga ke pusar dan kepalanya bertanduk. Tentunya hal ini membuat para krew dan orang-orang yang menyaksikan heran, lantas momen ini diabadikan pengunjung dan krew SJTV. Setelah Aslina keluar dari ruangan Radio Pemda, ditanyakan apakah sosok tersebut. Dia menjawab bahwa sosok tersebut merupakan jin.
Menutup pengalaman ghaib anak penakik getah itu, sang Paman Rustam Effendi kepada wartawan menyebutkan, selama ini Aslina merupakan sosok yang pendiam dan kurang percaya diri (PD). Namun setelah kejadian ini banyak hal-hal yang berubah, mulai dari penampilan hingga tingkah laku. Bahkan dari warna kulitnya saat ini lebih bersih dan berseri. Mengenai amalannya, “Selama ini dia memang rajin mengerjakan shalat tahajud dan membaca Al Quran setiap hari,” kata sang paman menutup kisah tersebut. ***

Monday 3 February 2014

Antara Panjang Tangan dan Sedekah



Dalam suatu riwayat Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelah kematian Nabi SAW, para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.



Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."
Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi SAW lainnya.

Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.

Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah ang dimaksud dalam hadits tersebut.
Wallahu'alam.

Saturday 1 February 2014

Hikmah di Balik Fitnah



Hai Sobat Blogger,,,!! kali ini kami akan share Hikmah dibalik fitnah.


Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata "fitnah" diserap dari bahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah "cobaan" atau "ujian".


Hal terkait fitnah adalah pengumuman fakta yang bersifat pribadi kepada publik, yang muncul ketika seseorang mengungkapkan informasi yang bukan masalah umum, dan hal tersebut bersifat menyerang pribadi yang bersangkutan.


Hukum penjelasan palsu "terutama ditujukan untuk melindungi kesejahteraan mental atau emosional penuntut". Jika publikasi informasi itu palsu, terjadilah kesalahan berupa fitnah. Jika komunikasi itu tidak salah secara teknis namun menyesatkan, kesalahan berupa penjelasan palsu bisa terjadi.


Allah berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ


“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. Al-Ankabut: 2-4).




Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy mengomentari ayat di atas dalam tafsir beliau (1/626): Allah memberitakan tentang kesempurnaan hikmah-Nya, bahwa hikmah Allah tidak menghendaki bahwa setiap orang yang berkata bahwa sesungguhnya dia beriman, dia mengaku bahwa dirinya memiliki kemimanan lantas dibiarkan dalam keadaan selamat dari fitnah dan cobaan. Dan keimanannya tidak diganggu oleh apapun saja. Kalau demikian halnya tentu tidak dapat dibedakan orang yang jujur dan orang yang dusta, orang yang benar dan orang yang salah. Akan tetapi telah berlaku ketetapan Allah bagi umat-umat terdahulu dan sekarang untuk menguji mereka dengan kelapangan dan kesempitan, dengan kesulitan dan kemudahan, dengan rasa suka dan duka, dengan kekayaan dan kemiskinan. Dan terkadang dihinakan oleh musuh-musuh mereka dengan ucapan dan perbuatan, dan sebagainya dari berbagai macam fitnah dan ujian. Yang semuanya itu kembali kepada fitnah syubuhat yang merusak aqidah dan fitnah syahawat yang merusak keinginan beramal.


Barangsiapa yang tetap dalam keimanan dan tidak goyah ketika datang fitnah syubuhat, bahkan dia menolaknya dengan al-haq (kebenaran) yang ada pada dirinya. Atau ketika datang fitnah syahwat yang membawa kepada maksiat dan dosa, atau memalingkannya dari apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Ia berjalan sesuai dengan tututan iman dan berusaha melawah nafsunya. hal ini semua menunjukkan akan kejujuran dan kebenaran imannya.


Akan tetapi, barangsiapa yang ketika datangnya fitnah syubuhat timbul keraguan dan kebimbangan dalam hatinya atau ketika fitnah syahwat muncul justru mengarahkannya kepada perbuatan maksiat dan menghalanginya dari menjalankan kewajiban! Maka ini adalah pertanda tidak jujurnya ia dalam beriman.


Manusia dalam pada keadaan seperti ini bertingkat-tingkat, tiada yang mengetahuinya kecuali Allah. Ada yang sedikit dan ada yang banyak, kita memohon kepada Allah agar meneguhkan kita dengan perkataan yang kokoh di dunia dan di akhirat. Juga meneguhkan hati kita di atas agama-Nya. Sesungguhnya ujian dan cobaan bagi jiwa bagaikan tungku api yang mengeluatkan yang jelek dan yang jelek.


Dalam firman Allah yang lain,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/155-157]


“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).


Di sebutkan dalm tafsir As-Sa’di (1/75): Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya sudah sepantasnya seorang hamba itu diuji dengan cobaan atau musibah, agar tampak jelas seorang hamba antara yang jujur dan dusta, tidak sabar dan yang sabar, ini merupakan Sunnatullah terhadap hamba-Nya; apabila kemakmuran terus berlangsung bagi ahli iman, tidak terjadi dengannya cobaan atau musibah, maka akan terjadi percampuran antara kebaikan dan keburukan, hikmah Allah menurunkan cobaan atau musibah untuk membedakan antara hamba yang baik dan yang buruk. Ini merupakan faidah dari cobaan, bukan menghilangkan keimanan dari kaum muslimin, dan memalingkan mereka dari Agama, Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan seorang mukmin, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan dalam ayat ini, sesungguhnya Dia akan menguji hamba-Nya (dengan sedikit ketakutan) yaitu dari musuh-musuh mereka. (الجوع) dan sedikit kelaparan, karena sesungguhnya apabila Allah menguji mereka dengan ketakutan atau kelaparan yang menyeluruh, maka mereka akan binasa, sedangkan cobaan atau musibah adalah membersihkan bukan membinasakan. (Kekurangan harta) ini mencakup semua kekurangan yang terjadi pada harta, dari bencana besar dari langit, tenggelam, hilang, diambil secara zalim oleh penguasa yang zalim, perampok, dan yang lainnya. (والأنفس) jiwa, yaitu perginya orang-orang yang dicintai, seperti anak, karib kerabat, dan teman, atau segala macam penyakit yang ada dalam tubuh seorang hamba, atau tubuh orang yang dicintainya. (والثمرات) biji-bijian, buah kurma, pohon-pohon yang lainnya, dan sayur-sayuran karena hujan es, dingin, terbakar, atau bencana langit lainnya, seperti hama belalang dan yang lainnya. Perkara ini semua pasti akan terjadi, karena sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui telah mengabarkannya, maka terjadilah seperti apa yang dikabarkan, Apabila perkara ini terjadi maka manusia akan pecah menjadi dua bagian: orang-orang yang tidak sabar dan yang sabar; orang yang tidak sabar, mereka akan mendapatkan dua musibah, kehilangan yang dia cintai, dengan adanya musibah ini, dan kehilangan yang lebih besar dari itu, yaitu pahala mengerjakan perintah Allah dengan bersabar, mereka memperoleh kerugian dan tidak mendapatkan pahala, juga berkurangnya keimanan pada mereka, hilangnya kesabaran, keridhaan dan bersyukur, dia mendapati pada dirinya (kemurkaan)yang menunjukkan atas kelemahannya.


Adapun bagi mereka yang Allah tunjukkan kepada kesabaran ketika menghadapi musibah, mereka dapat menahan perkataan dan perbuatannya dari kemarahan sehingga Allah tetapkan pahala (kebaikan) baginya. Dia mengetahui balasan atas kesabarannya itu lebih besar (manfaatnya) dari musibah yang menimpanya, bahkan musibah tersebut sejatinya adalah karunia baginya, karena musibah tersebut merupakan jalan yang menyampaikannya kepada sesuatu yang jauh lebih baik dan bermanfaat. Dia telah melakukan perintah Allah dengan baik dan layak mendapatkan balasan (pahala) atasnya. Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.” Maksudnya: Sampaikanlah kabar gembira bagi mereka karena telah menyempurnakan balasan yang tidak terhitung.





Wallahu a’lam.

Sunday 26 January 2014

Kerapuhan Taubat Sang Pemabuk

(Kisah Nyata) Ini adalah berawal dari sebuah kegalauan hati seorang pecandu minuman keras.


Richard, bukan nama sebenarnya, hanyalah pemuda yang biasa saja. Seperti remaja umumnya, dia bangga dengan memiliki banyak teman. Hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya untuk bermain, dan keluyuran, entah mencari aroma  ”kepuasan” dalam hidupnya.
Sudah Lima tahun ini dia mengejar kepuasan hidup sebagai anak muda yang tidak tahu arah dan tujuan hidup, kelimpungan, gak karuan, pecandu berat minuman keras. Berbagai macam minuman telah dia rasakan, cimeng, ganja, dan segala macam jenis penyumbat mulut telah berhasil dia jejalkan dalam mulut pongahnya. Yang selalu menyebut kesekian perbuatan begundal itu sebagai sebuah ” SENI”. Mulut pongahnya, yang selalu pandai mencari beribu alasan untuk membenarkan perbuatan salahnya.
Dia beragama Islam, dia juga pandai mengaji, karena dahulunya dia juga pernah belajar mondok akunya. Meskipun dalam keadaan mabuk berat dia tidak pernah sekalipun menyakiti orang-orang yang ada disekitarnya. Dia masih saja tetap simpatik dan menaruh hormat kepada orang lain. Ruhaninya belum mati 100 %,
Ramdahan tahun-tahun lalu, telah banyak dia habiskan untuk berpoya-poya mengejar “kebahagiaan” semu. Pada Selinting ganja, pada berbotol-botol minuman syetan memabukkan, pada semua rutinitas  yang memburu kesenangan sesaat.
Ramadhan kali ini, dia bertekad ingin memperbaiki diri (bertobat), senang sekali rasanya saya mendengar kabar..
” Si RichardSholat….!!!”
” Si RichardPuasa…!!!”
saya pun, diam-diam juga mengucapkan syukur atas kabar baik ini. Di hari pertama ramadhan, dia benar-benar telah berubah, dia sudah benar-benar sholat dan berpuasa. Hari kedua, semakin baik, ia mantabkan hatinya bahwa ramdhan ini harus berubah…..Akan tetapi…
Di hari ketiga ramadhanlah  Ujian itu muncul, sepulang dari shalat tarawih, dia mendapati teman-temannya yang dahulu berkubang dalam kesesatan, tengah berpesta miras didalam kamarnya. Mereka tengah asyik melambungkan angan-angan kosong, pada sebotol anggur merah yang rasanya menyedakkan tenggorokan.
Richard, yang keimanannya tengah diuji, benteng pertaubatan yang barus saja dia bangun dalam tiga hari, sudah harus mendapatkan gempuran kuat dari bala tentara syaitan. Teman-temannya yang dahulu ikut memberikan secangkir ” kenikmatan” kepadanya.
Apa yang terjadi, ada pertempuran hebat dalam hati kecilnya, dia ingin sekali menyudahi “maksiat” ini. Dan menutup rapat-rapat celah syetan yang mencoba menyusup menawarkan pesona ” kenikmatan” kepadanya. Namun, kenyataannya sunnguh mengecewakan, bala tentara syetan masih terlalu tangguh dibandingkan dengan benteng taubat yang baru dia bangun tiga hari itu. Dia limbung, mengalah demi satu kata. ” TOLERANSI”, rumus toleransi yang ngawur, “baginya lebih berdosa  menolak ajakan temannya untuk mabuk-mabukan, dari pada menolak ajakan orang lain untuk sholat atau ngaji“.
Hari ini, aku berkata kepadanya..sebagai seorang teman yang senang temannya kembali kepada kebaikan dan agama. Aku berkata lantang kepadanya ” Aku sangat kecewa denganmu“ . Namun, dia hanya mengucapkan satu kalimat.
” Aku saja kecewa dengan diriku sendiri, aku sudah tak berhak mendapatkan idul fitri”


Thursday 23 January 2014

Tobatnya seorang Punk

Kali ini kita akan bercerita tentang kisah seorang pemuda Punk.


Kita sebut dia bernama Herman. Seorang pemuda yang terjerumus pergaulan anak-anak punk di jalanan perantauan.Kehidupannyadi masa lalunya begitu berkelok-kelok. Hidup dijalanan,beranting, obat-obatan,miras adalah hal yang akrab dengannya. Selain kepribadiannya yang seperti itu dia sangat sayang dengan ibunya yang sudah lanjut  usia. Hingga suatu hari dia merenungi jalan hidupnya,dia sadar bahwa jalan hidupnya itu salah dan menyimpang jauh dengan agama yang di peluknya, namun dia merasa sangat susah sekali untuk merubah kebiasaan hidupnya itu jikalau dia tetap hidup dilingkungan yang seperti itu. Hingga akhirnya dia pulang kampung halamanya dan setelah dia tiba dikampung halaman dia pergi ke rumah seorang ustadz yang masih terikat saudara dengan si herman itu. Pada waktu herman tiba dirumah ustadz itu, sepontan ustadz tersebut kaget melihat dandanan herman yang seperti perempuan( kuping beranting, leher berkalung rantai). setelah itu herman bercerita tentang kehidupannya diperantauan, lantas ustadz pun memberi solusi dan tawaran agar herman pergi menimba ilmu di pesantren. Akhirnya herman menyetujui tawaran itu, keesokan harinya herman pergi ke pesantren yang ditunjukan ustadz itu dan mendaftar menjadi seorang santri disana guna menimba ilmu dan memperbaiki kepribadiannya itu.

        Hari pertama herman masuk pesantren, herman di jauhi oleh teman-temannya karena penampilan herman dan mereka takut dengan herman dengan antingnya yang tidak wajar yakni sebesar tutp botol air minum mineral. namun tidak semua teman-temannya menjauhinya ada bebebrapa temann yang perduli dengannya. teman-temannya tersebut memberi masukan kepada herman untuk melepaskan antingnya.akhirnya herman pun mau melakukannya, kemudian temannya tersebut sedikit demi sedikit mengajarkan herman sholat mulai dari nol.
       Hari demi hari dipesantren herman lalui dengan penuh semangat untuk menuju perubahan hidup yang lebih baik dari sebelumnya.. sedikit demi sedikit teman-temannya mulai mendekati herman dan mulai akrab dengannya.
      Pada suatu hari herman tidak mempunyai dana untuk membayar spp pesantren, herman bercerita pada temandekatnya, lantas teman dekatnya memberi saran agar herman sowan(berkunjung) ke Pengasuh Pesantren dan bilang apa adanya. herman pun melakukan saran tersebut. Akhirnya dengan kebijaksanaan sang Pengasuh herman pun di bebaskan dari dana spp dengan catatan herman harus membantu mengurus pesantren. herman pun mau melaksanakannya.
     Hari demi hari herman lalui membantu mengurus pesantren dengan ikhlas dan mematuhi peraturan serta semangat mengajii.
    Setlah beberapa tahun dipesantren itu herman pun memutuskan untuk berpindah pesantren ke jawa timur untuk lebih mendalami ilmu yang didapatnya di pesantren tersebut.


>> Bersambung<<

Akhir Santri Shalekha

tulisan kali ini kita akan bercerita tentang seorang santriwati yang sholekha nan cerdas yang hidupnya berakhir di pesantren dengan sahid,,,wallohu a'alm ,,,,



sebut saja namanya siti,dia berasal dari desa. dia meninggalkan desanya untuk menimba ilmu di pesantren. kehidupannya di pesantren sehari-hari tidak berbeda dengan teman-temannya dari mulai bangun tidur hingga tdur lagi kegiatannya cuma belajar dan mengaji. Yang membedakan siti dengan teman-teman yang lain ialah dia mempnyai nadzar (janji / sumpah) bahwa "jika aku bisa menhafal kitab arba'in nawawi (kitab kumpulan hadist sokheh yang berjumlah 40 hadist lengkap dengan keterangannya) maka semuanya sudah selesai."
Sehari-hari siti menhafal kitab tersebut dengan sungguh-sungguh, hari demi hari dia tidak lepas dengan menghafalkan hadist tersebut. Kepribadian siti yang pendiam dan mudah akrab nan ramah serta budi pekerti yang baik pula dia dengan cepat bisa menghafal kitab tersebut. Hingga suatu hari pada malam jum'at siti mengikuti kegiatan rutin yaitu membaca surat yassin ba'da maghrib. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh Santriwati di Pesantren tersebut. Pada pertengahan pembacaan Surat Yassin Siti tiba-tiba mengalami kejang-kejang hingga membuat teman-temannya terkejut. oleh teman-temannya siti dilarikan kerumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. teman-temannya pun bingung apa akibat dari siti yang kejang-kejang karena dokter menyimpulkan tidak ada penyakit atau penyebab lain yang menyebabkan siti kejang-kejang. Dipagi harinya duka menyelimuti pesantren tersebut karena meninggalnya salah satu santriwatinya yang cerdas nan sholekha. Semua ustadz dan Pengasuh serta Para santri ikut mensholati jasad siti. dan ikut mengantarnya ke rumah duka dan berlanjut ke pemakamannya.
         Dari kejadian tersebut teman-teman dekat siti pun baru menyadari akan madzar yang diucakan siti dihadapan teman-temannya tersebut "jika aku bisa menhafal kitab arba'in nawawi (kitab kumpulan hadist sokheh yang berjumlah 40 hadist lengkap dengan keterangannya) maka semuanya sudah selesai." arti kata "semuanya selesai" bahwa semua urusan duniawinya sudah selesai.


Pelajaran yang dapat kita petik ialah jangan terlalu gampang untuk bernadzar. Karena nadzar (sumpah) bukanlah mainan.

Wednesday 22 January 2014

Mimpi Petani Cilik

Anak-anakku Harus Menjadi Orang Sukses KISAH ini dialami Ny. Entin (50, bukan nama sebenarnya), warga Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. Seorang petani kecil yang hidup pas-pasan yang berjuang untuk menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Ia menginginkan kedua anaknya, Cecep dan Cucu (keduanya bukan nama asli), menjadi orang sukses di masa depan. Mampukah Ny. Entin meraih impiannya itu? Ikuti kisahnya yang ditulis M. Irfan untuk Anda. Semoga ada manfaatnya.
SETELAH menunggu selama empat tahun, akhirnya kami sampai pada puncak kebahagiaan. Aku dan suamiku tersenyum bangga ketika Cecep, anakku, dengan mata berbinar mengatakan lulus sidang dengan yudisium cum laude(dengan pujian) dan akan diwisuda satu bulan berikutnya.
"Tidak sia-sia aku menyekolahkanmu, Nak!" kata suamiku sambil menepuk pundak Cecep. Matanya tampak berkaca-kaca. Tampak sekali kebahagiaan di matanya.Aku merangkul Cecep erat-erat. Beberapa kali kucium pipinya. Aku tak lagi bisa menyembunyikan rasa sukacitaku.

Air mata kebahagiaan membasahi pipiku. Boleh jadi bagi orang lain ini berlebihan, tapi tidak bagiku dan suamiku, karena aku merasakan betul bagaimana beratnya mendorong Cecep untuk menyelesaikan kuliahnya.

Kami bukanlah orang yang berkecukupan, sehingga untuk memenuhi semua biaya kuliah Cecep dan biaya sekolah adiknya, kami harus jungkir balik, peras otak peras keringat. Kami juga rela kehilangan sepetak sawah, satusatunya sumber kehidupan kami, demi ijazah sarjana anakku.

"Kamu jangan patah semangat, Nak. Berjuang terus. Jangan malas. Tunjukkan kesungguhanmu pada emak dan bapak," kataku setiap malam, usai salat isya berjemaah.

"Insya Allah. Saya akan melakukan semua nasihat Emak dan Bapak. Doakan Cecep agar mendapat kemudahan menjalani kuliah dan mendapatkan pekerjaan dengan mudah pula," katanya sambil mencium punggung tanganku. Jauh di lubuk hatiku doa meluncur dengan deras. Aku berharap Allah mendengar semua kata hatiku. Aku ingin segera melihat anakku hidup layak. Dialah satu-satunya harapanku.

Dia harus tumbuh menjadi manusia yang tegar, mandiri, maju, dan sukses. Jangan sampai menjalani kehidupan kami yang pas-pasan. "Kamu harus sukses, kamu harus maju. Tunjukkan pada kami dan adikmu. Kami juga titip adikmu. Jika sudah berhasil jangan lupakan dia. Tidak perlu memikirkan emak dan bapak. Cukuplah perhatikan adikmu," kataku.

"Iya, Mak. Insya Allah semua pesan Emak dan Bapak akan selalu Cecep ingat. Semoga Allah memberikan kekuatan pada keluarga kita, melindungi, memberikan kemudahan, memberi kesempatan bersyukur, dan menjauhkan kita dari kesombongan," katanya waktu itu. Kami sangat bangga mempunyai anak saleh sepertinya.

Kendati mahasiswa, Cecep tidak pernah malu dan ragu untuk membantu ayahnya mencangkul di sawah. Pernah kudengar ayahnya melarang tetapi Cecep menjawab dengan tegas. "Tanpa keringat tidak mungkin orang sukses. Saya ingin bukan hanya keringat Bapak yang mengalir dalam perjalanan kuliah saya, saya pun ingin ada keringat saya," katanya.

Ah, aku sangat terharu melihat semangatnya yang luar biasa. Tidak hanya semangat belajar, ia juga semangat bekerja. Waktu luangnya digunakan untuk membaca. Entahlah buku apa dan buku siapa yang dia baca karena Cecep tidak pernah merengek meminta uang untuk membeli buku.

Hari demi hari beban itu terus kami pikul sekuat tenaga, jalan terjal dan berkerikil terus kami lalui. Tak kuhiraukan semua rintangan yang menghalangi. Hanya satu tujuan kami: Cecep harus menjadi orang sukses.

Kini cahaya kesuksesan itu sudah mulai tampak. Setidaknya gerbang terberat sudah kami lalui. Lulusnya Cecep dari perguruan tinggi merupakan gerbang awal menuju kesuksesan. Kami sangat berharap banyak pada Cecep. Kami ingin dia segera mendapat pekerjaan dan penghasilan yang baik. Tinggal satu lagi beban bagiku: Cucu, adik Cecep yang baru masuk SMK.

Meskipun Cucu seorang perempuan, kami tidak ingin membeda-bedakan. Dia pun harus sukses, harus mendapat penghasilan yang tetap untuk membantu ekonomi keluarganya nanti, membantu meringankan beban suaminya juga. Aku merasakan betapa pentingnya peran seorang wanita bagi suami. Tanpa seorang istri, suami tidak akan meraih sukses dalam keluarga. Seperti yang kami alami. Aku pun terpaksa banting tulang membantu suami untuk menghidupi anak-anak dan biaya pendidikan mereka.

Seandainya Cucu mendapat penghasilan, tentu suaminya nanti tidak akan terlalu berat untuk membiayai rumah tangganya.

Meski hanya seorang petani kecil, aku tidak ingin Cucu hanya jadi perempuan yang dulang tinande, hanya berada di dapur, memasak nasi, mencuci, dan mengasuh anak. Dia harus berwawasan luas, harus berpikiran maju seperti Dewi Sartika. Pengetahuan dan penghasilannya harus setara dengan laki-laki. Itulah sebabnya kami selalu mengatakan padanya agar tidak pernah kehilangan semangat.

"Jangan berpikir tentang biaya. Tugas kamu adalah sekolah. Belajarlah dengan baik. Ikuti langkah kakakmu. Raih cita-cita setinggi langit!" ucap suamiku suatu ketika usai makan bersama sambil duduk bersila. Kami selalu berupaya membiasakan makan bersama meski makan seadanya karena nikmatnya luar biasa.

"Kamu dengan ucapan bapakmu, Cu?" ujarku.

Ia menengadah, melempar pandangan ke arahku, lalu mengangguk. Perlahan-lahan kutatap anak perempuanku itu. Ia sangat cantik. Kata bapaknya mirip denganku, tapi hidung dan kulitya mirip bapaknya. Dia putih dan mancung. Seandainya ditakdirkan menjadi anak orang kaya, tentu kecantikannya akan lebih terlihat dengan balutan pakaian yang bagus. Kalau ingat itu, aku rasanya ingin sekali menangis. Remaja seusia Cucu adalah masa bersolek, masa mempercantik diri. Tetapi kami tidak bisa memanjakannya.

Malah kami kadang membaluri tubuhnya dengan tanah sawah yang pekat, membakar kulitnya dengan terik matahari. Ah, maafkan emak, Nak! Ini semua terpaksa kita jalani karena keadaan kita tidak seberuntung orang lain. (bersambung)**