Sunday, 26 January 2014

Kerapuhan Taubat Sang Pemabuk

(Kisah Nyata) Ini adalah berawal dari sebuah kegalauan hati seorang pecandu minuman keras.


Richard, bukan nama sebenarnya, hanyalah pemuda yang biasa saja. Seperti remaja umumnya, dia bangga dengan memiliki banyak teman. Hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya untuk bermain, dan keluyuran, entah mencari aroma  ”kepuasan” dalam hidupnya.
Sudah Lima tahun ini dia mengejar kepuasan hidup sebagai anak muda yang tidak tahu arah dan tujuan hidup, kelimpungan, gak karuan, pecandu berat minuman keras. Berbagai macam minuman telah dia rasakan, cimeng, ganja, dan segala macam jenis penyumbat mulut telah berhasil dia jejalkan dalam mulut pongahnya. Yang selalu menyebut kesekian perbuatan begundal itu sebagai sebuah ” SENI”. Mulut pongahnya, yang selalu pandai mencari beribu alasan untuk membenarkan perbuatan salahnya.
Dia beragama Islam, dia juga pandai mengaji, karena dahulunya dia juga pernah belajar mondok akunya. Meskipun dalam keadaan mabuk berat dia tidak pernah sekalipun menyakiti orang-orang yang ada disekitarnya. Dia masih saja tetap simpatik dan menaruh hormat kepada orang lain. Ruhaninya belum mati 100 %,
Ramdahan tahun-tahun lalu, telah banyak dia habiskan untuk berpoya-poya mengejar “kebahagiaan” semu. Pada Selinting ganja, pada berbotol-botol minuman syetan memabukkan, pada semua rutinitas  yang memburu kesenangan sesaat.
Ramadhan kali ini, dia bertekad ingin memperbaiki diri (bertobat), senang sekali rasanya saya mendengar kabar..
” Si RichardSholat….!!!”
” Si RichardPuasa…!!!”
saya pun, diam-diam juga mengucapkan syukur atas kabar baik ini. Di hari pertama ramadhan, dia benar-benar telah berubah, dia sudah benar-benar sholat dan berpuasa. Hari kedua, semakin baik, ia mantabkan hatinya bahwa ramdhan ini harus berubah…..Akan tetapi…
Di hari ketiga ramadhanlah  Ujian itu muncul, sepulang dari shalat tarawih, dia mendapati teman-temannya yang dahulu berkubang dalam kesesatan, tengah berpesta miras didalam kamarnya. Mereka tengah asyik melambungkan angan-angan kosong, pada sebotol anggur merah yang rasanya menyedakkan tenggorokan.
Richard, yang keimanannya tengah diuji, benteng pertaubatan yang barus saja dia bangun dalam tiga hari, sudah harus mendapatkan gempuran kuat dari bala tentara syaitan. Teman-temannya yang dahulu ikut memberikan secangkir ” kenikmatan” kepadanya.
Apa yang terjadi, ada pertempuran hebat dalam hati kecilnya, dia ingin sekali menyudahi “maksiat” ini. Dan menutup rapat-rapat celah syetan yang mencoba menyusup menawarkan pesona ” kenikmatan” kepadanya. Namun, kenyataannya sunnguh mengecewakan, bala tentara syetan masih terlalu tangguh dibandingkan dengan benteng taubat yang baru dia bangun tiga hari itu. Dia limbung, mengalah demi satu kata. ” TOLERANSI”, rumus toleransi yang ngawur, “baginya lebih berdosa  menolak ajakan temannya untuk mabuk-mabukan, dari pada menolak ajakan orang lain untuk sholat atau ngaji“.
Hari ini, aku berkata kepadanya..sebagai seorang teman yang senang temannya kembali kepada kebaikan dan agama. Aku berkata lantang kepadanya ” Aku sangat kecewa denganmu“ . Namun, dia hanya mengucapkan satu kalimat.
” Aku saja kecewa dengan diriku sendiri, aku sudah tak berhak mendapatkan idul fitri”


Thursday, 23 January 2014

Tobatnya seorang Punk

Kali ini kita akan bercerita tentang kisah seorang pemuda Punk.


Kita sebut dia bernama Herman. Seorang pemuda yang terjerumus pergaulan anak-anak punk di jalanan perantauan.Kehidupannyadi masa lalunya begitu berkelok-kelok. Hidup dijalanan,beranting, obat-obatan,miras adalah hal yang akrab dengannya. Selain kepribadiannya yang seperti itu dia sangat sayang dengan ibunya yang sudah lanjut  usia. Hingga suatu hari dia merenungi jalan hidupnya,dia sadar bahwa jalan hidupnya itu salah dan menyimpang jauh dengan agama yang di peluknya, namun dia merasa sangat susah sekali untuk merubah kebiasaan hidupnya itu jikalau dia tetap hidup dilingkungan yang seperti itu. Hingga akhirnya dia pulang kampung halamanya dan setelah dia tiba dikampung halaman dia pergi ke rumah seorang ustadz yang masih terikat saudara dengan si herman itu. Pada waktu herman tiba dirumah ustadz itu, sepontan ustadz tersebut kaget melihat dandanan herman yang seperti perempuan( kuping beranting, leher berkalung rantai). setelah itu herman bercerita tentang kehidupannya diperantauan, lantas ustadz pun memberi solusi dan tawaran agar herman pergi menimba ilmu di pesantren. Akhirnya herman menyetujui tawaran itu, keesokan harinya herman pergi ke pesantren yang ditunjukan ustadz itu dan mendaftar menjadi seorang santri disana guna menimba ilmu dan memperbaiki kepribadiannya itu.

        Hari pertama herman masuk pesantren, herman di jauhi oleh teman-temannya karena penampilan herman dan mereka takut dengan herman dengan antingnya yang tidak wajar yakni sebesar tutp botol air minum mineral. namun tidak semua teman-temannya menjauhinya ada bebebrapa temann yang perduli dengannya. teman-temannya tersebut memberi masukan kepada herman untuk melepaskan antingnya.akhirnya herman pun mau melakukannya, kemudian temannya tersebut sedikit demi sedikit mengajarkan herman sholat mulai dari nol.
       Hari demi hari dipesantren herman lalui dengan penuh semangat untuk menuju perubahan hidup yang lebih baik dari sebelumnya.. sedikit demi sedikit teman-temannya mulai mendekati herman dan mulai akrab dengannya.
      Pada suatu hari herman tidak mempunyai dana untuk membayar spp pesantren, herman bercerita pada temandekatnya, lantas teman dekatnya memberi saran agar herman sowan(berkunjung) ke Pengasuh Pesantren dan bilang apa adanya. herman pun melakukan saran tersebut. Akhirnya dengan kebijaksanaan sang Pengasuh herman pun di bebaskan dari dana spp dengan catatan herman harus membantu mengurus pesantren. herman pun mau melaksanakannya.
     Hari demi hari herman lalui membantu mengurus pesantren dengan ikhlas dan mematuhi peraturan serta semangat mengajii.
    Setlah beberapa tahun dipesantren itu herman pun memutuskan untuk berpindah pesantren ke jawa timur untuk lebih mendalami ilmu yang didapatnya di pesantren tersebut.


>> Bersambung<<

Akhir Santri Shalekha

tulisan kali ini kita akan bercerita tentang seorang santriwati yang sholekha nan cerdas yang hidupnya berakhir di pesantren dengan sahid,,,wallohu a'alm ,,,,



sebut saja namanya siti,dia berasal dari desa. dia meninggalkan desanya untuk menimba ilmu di pesantren. kehidupannya di pesantren sehari-hari tidak berbeda dengan teman-temannya dari mulai bangun tidur hingga tdur lagi kegiatannya cuma belajar dan mengaji. Yang membedakan siti dengan teman-teman yang lain ialah dia mempnyai nadzar (janji / sumpah) bahwa "jika aku bisa menhafal kitab arba'in nawawi (kitab kumpulan hadist sokheh yang berjumlah 40 hadist lengkap dengan keterangannya) maka semuanya sudah selesai."
Sehari-hari siti menhafal kitab tersebut dengan sungguh-sungguh, hari demi hari dia tidak lepas dengan menghafalkan hadist tersebut. Kepribadian siti yang pendiam dan mudah akrab nan ramah serta budi pekerti yang baik pula dia dengan cepat bisa menghafal kitab tersebut. Hingga suatu hari pada malam jum'at siti mengikuti kegiatan rutin yaitu membaca surat yassin ba'da maghrib. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh Santriwati di Pesantren tersebut. Pada pertengahan pembacaan Surat Yassin Siti tiba-tiba mengalami kejang-kejang hingga membuat teman-temannya terkejut. oleh teman-temannya siti dilarikan kerumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. teman-temannya pun bingung apa akibat dari siti yang kejang-kejang karena dokter menyimpulkan tidak ada penyakit atau penyebab lain yang menyebabkan siti kejang-kejang. Dipagi harinya duka menyelimuti pesantren tersebut karena meninggalnya salah satu santriwatinya yang cerdas nan sholekha. Semua ustadz dan Pengasuh serta Para santri ikut mensholati jasad siti. dan ikut mengantarnya ke rumah duka dan berlanjut ke pemakamannya.
         Dari kejadian tersebut teman-teman dekat siti pun baru menyadari akan madzar yang diucakan siti dihadapan teman-temannya tersebut "jika aku bisa menhafal kitab arba'in nawawi (kitab kumpulan hadist sokheh yang berjumlah 40 hadist lengkap dengan keterangannya) maka semuanya sudah selesai." arti kata "semuanya selesai" bahwa semua urusan duniawinya sudah selesai.


Pelajaran yang dapat kita petik ialah jangan terlalu gampang untuk bernadzar. Karena nadzar (sumpah) bukanlah mainan.

Wednesday, 22 January 2014

Mimpi Petani Cilik

Anak-anakku Harus Menjadi Orang Sukses KISAH ini dialami Ny. Entin (50, bukan nama sebenarnya), warga Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung. Seorang petani kecil yang hidup pas-pasan yang berjuang untuk menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Ia menginginkan kedua anaknya, Cecep dan Cucu (keduanya bukan nama asli), menjadi orang sukses di masa depan. Mampukah Ny. Entin meraih impiannya itu? Ikuti kisahnya yang ditulis M. Irfan untuk Anda. Semoga ada manfaatnya.
SETELAH menunggu selama empat tahun, akhirnya kami sampai pada puncak kebahagiaan. Aku dan suamiku tersenyum bangga ketika Cecep, anakku, dengan mata berbinar mengatakan lulus sidang dengan yudisium cum laude(dengan pujian) dan akan diwisuda satu bulan berikutnya.
"Tidak sia-sia aku menyekolahkanmu, Nak!" kata suamiku sambil menepuk pundak Cecep. Matanya tampak berkaca-kaca. Tampak sekali kebahagiaan di matanya.Aku merangkul Cecep erat-erat. Beberapa kali kucium pipinya. Aku tak lagi bisa menyembunyikan rasa sukacitaku.

Air mata kebahagiaan membasahi pipiku. Boleh jadi bagi orang lain ini berlebihan, tapi tidak bagiku dan suamiku, karena aku merasakan betul bagaimana beratnya mendorong Cecep untuk menyelesaikan kuliahnya.

Kami bukanlah orang yang berkecukupan, sehingga untuk memenuhi semua biaya kuliah Cecep dan biaya sekolah adiknya, kami harus jungkir balik, peras otak peras keringat. Kami juga rela kehilangan sepetak sawah, satusatunya sumber kehidupan kami, demi ijazah sarjana anakku.

"Kamu jangan patah semangat, Nak. Berjuang terus. Jangan malas. Tunjukkan kesungguhanmu pada emak dan bapak," kataku setiap malam, usai salat isya berjemaah.

"Insya Allah. Saya akan melakukan semua nasihat Emak dan Bapak. Doakan Cecep agar mendapat kemudahan menjalani kuliah dan mendapatkan pekerjaan dengan mudah pula," katanya sambil mencium punggung tanganku. Jauh di lubuk hatiku doa meluncur dengan deras. Aku berharap Allah mendengar semua kata hatiku. Aku ingin segera melihat anakku hidup layak. Dialah satu-satunya harapanku.

Dia harus tumbuh menjadi manusia yang tegar, mandiri, maju, dan sukses. Jangan sampai menjalani kehidupan kami yang pas-pasan. "Kamu harus sukses, kamu harus maju. Tunjukkan pada kami dan adikmu. Kami juga titip adikmu. Jika sudah berhasil jangan lupakan dia. Tidak perlu memikirkan emak dan bapak. Cukuplah perhatikan adikmu," kataku.

"Iya, Mak. Insya Allah semua pesan Emak dan Bapak akan selalu Cecep ingat. Semoga Allah memberikan kekuatan pada keluarga kita, melindungi, memberikan kemudahan, memberi kesempatan bersyukur, dan menjauhkan kita dari kesombongan," katanya waktu itu. Kami sangat bangga mempunyai anak saleh sepertinya.

Kendati mahasiswa, Cecep tidak pernah malu dan ragu untuk membantu ayahnya mencangkul di sawah. Pernah kudengar ayahnya melarang tetapi Cecep menjawab dengan tegas. "Tanpa keringat tidak mungkin orang sukses. Saya ingin bukan hanya keringat Bapak yang mengalir dalam perjalanan kuliah saya, saya pun ingin ada keringat saya," katanya.

Ah, aku sangat terharu melihat semangatnya yang luar biasa. Tidak hanya semangat belajar, ia juga semangat bekerja. Waktu luangnya digunakan untuk membaca. Entahlah buku apa dan buku siapa yang dia baca karena Cecep tidak pernah merengek meminta uang untuk membeli buku.

Hari demi hari beban itu terus kami pikul sekuat tenaga, jalan terjal dan berkerikil terus kami lalui. Tak kuhiraukan semua rintangan yang menghalangi. Hanya satu tujuan kami: Cecep harus menjadi orang sukses.

Kini cahaya kesuksesan itu sudah mulai tampak. Setidaknya gerbang terberat sudah kami lalui. Lulusnya Cecep dari perguruan tinggi merupakan gerbang awal menuju kesuksesan. Kami sangat berharap banyak pada Cecep. Kami ingin dia segera mendapat pekerjaan dan penghasilan yang baik. Tinggal satu lagi beban bagiku: Cucu, adik Cecep yang baru masuk SMK.

Meskipun Cucu seorang perempuan, kami tidak ingin membeda-bedakan. Dia pun harus sukses, harus mendapat penghasilan yang tetap untuk membantu ekonomi keluarganya nanti, membantu meringankan beban suaminya juga. Aku merasakan betapa pentingnya peran seorang wanita bagi suami. Tanpa seorang istri, suami tidak akan meraih sukses dalam keluarga. Seperti yang kami alami. Aku pun terpaksa banting tulang membantu suami untuk menghidupi anak-anak dan biaya pendidikan mereka.

Seandainya Cucu mendapat penghasilan, tentu suaminya nanti tidak akan terlalu berat untuk membiayai rumah tangganya.

Meski hanya seorang petani kecil, aku tidak ingin Cucu hanya jadi perempuan yang dulang tinande, hanya berada di dapur, memasak nasi, mencuci, dan mengasuh anak. Dia harus berwawasan luas, harus berpikiran maju seperti Dewi Sartika. Pengetahuan dan penghasilannya harus setara dengan laki-laki. Itulah sebabnya kami selalu mengatakan padanya agar tidak pernah kehilangan semangat.

"Jangan berpikir tentang biaya. Tugas kamu adalah sekolah. Belajarlah dengan baik. Ikuti langkah kakakmu. Raih cita-cita setinggi langit!" ucap suamiku suatu ketika usai makan bersama sambil duduk bersila. Kami selalu berupaya membiasakan makan bersama meski makan seadanya karena nikmatnya luar biasa.

"Kamu dengan ucapan bapakmu, Cu?" ujarku.

Ia menengadah, melempar pandangan ke arahku, lalu mengangguk. Perlahan-lahan kutatap anak perempuanku itu. Ia sangat cantik. Kata bapaknya mirip denganku, tapi hidung dan kulitya mirip bapaknya. Dia putih dan mancung. Seandainya ditakdirkan menjadi anak orang kaya, tentu kecantikannya akan lebih terlihat dengan balutan pakaian yang bagus. Kalau ingat itu, aku rasanya ingin sekali menangis. Remaja seusia Cucu adalah masa bersolek, masa mempercantik diri. Tetapi kami tidak bisa memanjakannya.

Malah kami kadang membaluri tubuhnya dengan tanah sawah yang pekat, membakar kulitnya dengan terik matahari. Ah, maafkan emak, Nak! Ini semua terpaksa kita jalani karena keadaan kita tidak seberuntung orang lain. (bersambung)**

Tuesday, 21 January 2014

Do'a Seorang Tukang Becak

Becak adalah salah satu angkutan umum berbahan bakar keringat, tenaga dan keramahan manusia yang menawarkan jasa untuk membantu memperlancar aktiitas manusia yang lain. Becak juga merupakan roda-roda rejeki di mana setiap kayuhnya membutuhkan usaha yang tidaklah mudah dalam memutar roda-roda tersebut untuk mengejar rejeki yang terkadang tidak selancar roda yang menggelinding tersebut.Terkadang asapun tidak bosan-bosannya menyapa para pembecak tersebut.
“akan tetapi,, apa yang harus aku bilang ke istriku yang menunggu dengan suguhan segelas kopi di rumah?”.

“Apa yang harus aku katakan ke anak-anakku yang minta oleh-oleh sepulangku kerja?”.

Ah…tiada guna aku mengeluh…lebih baik aku mempersiapkan tungganganku dan membersihkannya, sehingga para penumpangku merasa nyaman dan ketagihan akan jasa becakku. Tuhan…. semoga KAU melancarkan rejekiku hari ini, demi seberkas senyuman dari anak dan istriku yang telah menanti seharian di rumah^^.

Mungkin sebagian dari kita masih belum pernah mendengar istilah tersebut. Becak’an mungkin dapat di artikan kumpulan tukang becak yang sedang mangkal di satu tempat. Sering juga kita dengar istilah “Gaplekan”. Gaplekan sebenarnya adalah mainan dari kartu domino. Trus kenapa disebut “Gaplek’an”?

Kalau kita di Becak’an, pasti akan sering kita lihat mereka asyik sekali memainkan kartu-kartu domino dengan serunya sambil mengisi waktu luang karena sepinya penumpang. Dan se-sekali kita dengar suara “PLEK” pada permainan tersebut karena saking kerasnya orang becak’an membanting kartu yang di pegangnya.

Mungkin dari situlah kata gaplek’an berasal. Seru sekali apabila kita perhatikan apa yang mereka mainkan. Di tengah sepinya penumpang, mereka tetap bisa santai dan bercengkrama dengan yang lain lewat gaplek’an tadi.

Di sini saya ingin sedikit membagi sudut pandang saya terhadap hal tersebut. Sangatlah kontras apabila kita membandingkan orang-orang yang di becak’an tersebut dengan pegawai yang minta kenaikan gaji. Para supporter yang tidak terima klub idolanya kalah sehingga terjadi tawuran. Orang yang memiliki keinginan yang tidak pernah terpuaskan sehingga selalu mencari jalan keluar bagaimanapun caranya sampai hampir menjadi budaya di Negara kita, Korupsi…

Lain halnya dengan orang becak’an tersebut….. Kepada siapa mereka akan meminta kenaikan gaji? Akankah terjadi tawuran apabila salah satu dari mereka kalah dalam menarik perhatian penumpang?
Korupsi? Hahaha

Inilah kehidupan… tidak selalu semuanya berjalan sesuai keinginan kita. Marilah kita mengambil ilmu tentang kehidupan dari mereka…..

Kesulitan…. kesusahan….kekurangan…ketidak-adilan…bahkan kesendirian bukanlah alasan kita untuk bersedih…putus asa….bahkan berhenti.


Bayangkanlah.. betapa indahnya kehidupan ini apabila kita selalu menghiasinya dengan senyuman dan keceriaan… betapa nyamannya kehidupan apabila kita selalu bergandengan tangan dan saling peduli.

Sunday, 19 January 2014

Selamat datang di blog kami!!!
Disini kita bisa berbagi pengalaman dan belajar dari penalaman itu sendiri. Tak ada maksud kami untuk memplubikasikan aib kehidupan orang lain tapi semata-mata hanya sebagai bahan pembelajaran kita bersama untuk menuju ke arah lebih baik. :)